Rabu, 21 Januari 2009

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK MANDIRI DALAM MENATA LINGKUNGAN oleg Sugik

SUGIK, M.Pd.

Guru SMP Negeri 2 Samarinda

BAB I
PENDAHULUAN

Pada masyarakat yang sedang membangun seperti pada negara-negara dunia ketiga, penyebaran (difusi) inovasi terjadi terus menerus, dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu waktu ke kurun waktu berikutnya, dari bidang tertentu ke bidang lainnya. Difusi inovasi sebagai suatu gejala kemasyarakatan berlangsung berbarengan dengan perubahan sosial yang terjadi. Bahkan kedua hal itu merupakan sesuatu yang saling menyebabkan satu sama lain. Artinya, penyebaran inovasi menyebabkan masyarakat menjadi berubah, dan perubahan sosialpun merangsang orang untuk menemukan dan menyebarluaskan hal-hal baru.

Upaya untuk meningkatkan produksi usaha mandiri, tentunya diawali suatu proses perubahan dengan meningkatkan kemampuannya dalam penerapan teknologi atau hal-hal baru. Menurut Her bert F. Lionberger (1982), menggemukakan perubahan prilaku individu sangat didukung oleh kemampuan berkomunikasi, sebab melalui komunikasi, seseorang dapat meningkatkan kemampuannya melalui proses perubahan kognitif, afektif dan konatif, baik melalui media massa maupun komunikasi interpersonal.
Melalui media massa, kita mengetahui suatu teknologi, penemuan dan beberapa informasi lain, baik itu disalurkan melalui media elektronik aupun media cetak. Media massa yang sering yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pengusaha mandiri, adalah surat kabar, polder, leaflet dan poster, meskipun ada keterbatasan penggunaan media cetak dalam pembangunan perdesaan dan media cetak mencapai khalayak terutama pada pesan-pesan permanen (mudah di simpan dan diambil kembali).


Komunikasi interpersonal adalah suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain, komunikasi ini pada umum dilakukan secara tatap muka. Di perdesaan komunikasi ini sering dilakukan oleh fassilitator kelutahan atau relawan dalam kelompoknya baik dalam bentuk pertemuan kelompok maupun dalam difusi inovasi kepada kelompok-kelompok swadaya masyarakat yang biasa disebut dengan ( KSM)yang ada di seluruh Rukun Tetangga pada keluarahan yang mendapatkan dana tersebut .
Teori Defleur dan Ball Rokeach dalam Rahkmat, 2001 mengemukakan tentang pertemuan dengan media massa berdasarkan tiga kerangka teoritis yaitu: (a). perspektif perbedaan individu: perbedaan individu memandang bahwa sikap dan organisasi personal –psikologis individu akan menentukan bagaimanan memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Setiap orang mempunyai potensi biologis, pengalaman belajar, dan lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengarauh media massa yang berbeda. (b). perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial , yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memiliki isi komunikasi yang sama dan akan memberikan responden kepadanya dengan cara yang hampir sama pula. (c). perseptif hubungan sosial menekankan pentingnya peranan sosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Dan mengemukakan model “two step flow of communication: dalam model ini, informasi bergerak melewati dua tahap, pertama, informasi bergerak dari pada sekelompok individu yang relatif lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Kedua, melalui saluran-saluran interpersonal disampaikan kepada individu yang bergantungan kepada mereka dalam hal pencarian suatu informasi yang sangat relevan dengan kehidupanya.

Apa jadinya jika manusia tidak melakukan hubungan atau komunikasi? Hingga kini tidak ada satu literatur pun yang mengatakan manusia bisa menghindar untuk tidak berkomunikasi. Hal ini dikarenakan kehadiran manusia sudah dikodrat-kan oleh Maha Pencipta sebagai makhluk sosial yang secara alami mempunyai dorongan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan manusia lain, bahkan dapat dikatakan hubungan atau komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia.

Dengan berkomunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide, pengeta-huan, konsep dan lain-lain kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai pe-nyampai maupun sebagai penerima komunikasi. Secara langsung pesan dapat berupa informasi, ide, ataupun pengetahuan dan lain sebagainya, yang disampaikan kepada komunikan dapat merubah atau membentuk sikap komunikan itu sendiri.


Berdasarkan uraian-uraian diatas salah satu contoh kasus yang akan diangkat disini adalah mengenai adanya Progran Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM Mandiri Perkotaan ) di Kelurahan Selili Kecamatan Samarinda Ilir dimana didalamnya memuat program yang terdiri dari beberapa komponen dengan tujuan utama adalah membawa salah satu misi pembangunan yaitu peningkatan taraf hidup menuju kehidupan yang lebih layak melalui penerapan atau adopsi inovasi oleh masyarakat setempat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

PENGERTIAN KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian bersama yang lebih baik mengenai masalah yang penting bagi semua pihak yang bersangkutan. Proses ini dan kaitan hubungan yang ada diantara para peserta dalam proses. Komunikasi bukan merupakan jawabannya sendiri, tetapi pada hakekatnya merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerusan rangsangan dan pembangkitan balasannya (Kincaid dan Schramm, 1978 dikutip dari Cherry, 1957).

Komunikasi ditimbulkan oleh adanya keperluan untuk mengurangi ketidakpastian, keperluan untuk bertindak secara efektif. Komunikasi juga ditimbulkan oleh adanya keperluan untuk mempertahankan atau memperteguh keakuan. Komunikasi terhenti, jika makna-makna yang sudah ada cukup lengkap dan dimulai lagi jika diperlukan makna-makna yang baru (Kincaid dan Schramm, 1978 dikutip dari Barnlund, 1962).
Komunikasi merupakan suatu mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang memungkinkannya berkembang serta lambang-lambang fikiran bersama-sama dengan alat-alat untuk meneruskannya dalam ruang dan menyimpannya dalam dimensi waktu (Kincaid dan Schramm, 1978 dikutip dari Cooley, 1909). Telah banyak definisi mengenai komunikasi yang dilatarbelakangi berbagai perspektif : mekanistis,sosiologistis,dan psikologistis.

A. Definisi Komunikasi ditinjau dari aspek psikologi :
1. Hovland, Janis dan Kelly (Dikutip Rakhmat, 2005) semuanya psikolog mendefinisikan komunikasi sebagai ” the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience).
2. Dance (1967) mengartikan komunikasi sebagai usaha menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal.
3. Raymond S. Ross (1974) mendefinisikan komunikasi sebagai ” a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source” (proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan.

B. Definisi Komunikasi ditinjau dari aspek sosiologi :
1. Colin Cherry (1964 dikutip Rakhmat, 2005) mendefinisikan komunikasi sebagai usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakn bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan.
2. Harnack dan Fest (1964 dikutip Rakhmat, 2005) menganggap komunikasi sebagai proses interaksi diantara orang untuk tujuan integrasi intrapersinal dan interpersonal.
3. Edwin Neuman (1948 dikutip Rakhmat, 2005) mendefinisikan komunikasi sebagai proses untuk mengubah kelompok manusia menjadi kelompok yang berfungsi. Komunikasi adalah peristiwa sosial ---- peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain.

C. Definisi Komunikasi ditinjau dari aspek psikologi :
1. Hovland, Janis dan Kelly (Dikutip Rakhmat, 2005) semuanya psikolog mendefinisikan komunikasi sebagai ” the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience).
2. Dance (1967) mengartikan komunikasi sebagai usaha menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal.
3. Raymond S. Ross (1974) mendefinisikan komunikasi sebagai ” a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source” (proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan.

D. Definisi Komunikasi ditinjau dari aspek sosiologi :
1. Colin Cherry (1964 dikutip Rakhmat, 2005) mendefinisikan komunikasi sebagai usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakn bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan.
2. Harnack dan Fest (1964 dikutip Rakhmat, 2005) menganggap komunikasi sebagai proses interaksi diantara orang untuk tujuan integrasi intrapersinal dan interpersonal.
3. Edwin Neuman (1948 dikutip Rakhmat, 2005) mendefinisikan komunikasi sebagai proses untuk mengubah kelompok manusia menjadi kelompok yang berfungsi. Komunikasi adalah peristiwa sosial ---- peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain.
Effendy (2000) mengatakan bahwa hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yakni pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang (komunikator kepada orang lain/komunikan) untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media yang terdiri dari komponen-komponen yang meliputi : komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Komunikasi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain bertujuan agar orang lain tersebut mengetahui dan mempunyai pengertian yang sama tentang hal yang dikomunikasikannya.

BAB III
PEMBAHANSAN

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM Mandiri Perkotaan ) adalah Program Nasional dibawah naungan Menteri Kesejahteraan Rakyat ( Menkokesra ) melalui Departemen Pekerjaan Umum ( PU ) pada Kelurahan Selili marupakan salah satu kelurahan yang mendapatkan Proyek ini di kecamatan Samarinda ilir sudah berjalan satu tahun yang lalu dengan dana yang di terima pada tahun pertama ini sebesar Rp. 500.000.000,- ( Lima Ratus Juta Rupiah ) berasal dari 50 % dari Pemerintah Pusat dan 50 % sisanya berasal dari Pemerintah Daerah tingkat II dan terbagi menjadi tiga kali tahapan dengan tiap tahapan, Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ) pertama 20 % sebesar Rp. 100.000.000,- Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ) kedua 50 % sebesar Rp. 250.000.000,- dan Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ) ketiga 30 % sebesar Rp. 150.000.000,-, dengan melalui beberapa cara dalam penentuan lokasi maupun kepengurusnya yang disebut dengan Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ) pada tiap-tiap RT sekelurahan Selili, dan dialokasikan untuk beberapa kegiatan antara lain : Perbaikan lingkungan, Bantuan social berupa asupan gizi buruk beasiswa, santunan jompo, dan kegiatan pelatihan antara lain pelatihan mengemudi / sopir dan pembuatan roti, serta dana bergulir untuk pengusaha kecil, semua pengelolaannya langsung dikelola oleh masyarakat, dengan membentuk Badan yang dinamakan Badan Keswadayaan Masyarakat dengan dibantu oleh Fasilitator untuk tingkat kelurahan yang disebut dengan Faskel.

A. Pencairan dana dan Pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM )

Proses pencairan dana dan Proses Pembentukan Badan Pengurus yang disebut dengan Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM ) dimulai dari berbagai tahapan antara lain :

  1. Pengumpulan RT-RT sekelurahan Selili dalam rangka sosialisasi
  2. RT menunjuk warganya untuk menjadi relawan masing-masing 4 orang dalam setiap RT
  3. Diadakan coucing / pelatihan untuk relawan
  4. Relawan mengadakan Pemetaan Swadaya ( PS ) dilingkungan masing-masing baik pada warga miskin, lingkungan, anak putus sekolah, anak berpretasi, gizi buruk dan lain-lain.
  5. Relawan mempresentasikan didepan dihadapan relawan dari RT lain masih dalam satu kelurahan
  6. Melalui Fasilitator Kelurahan ( Faskel ) diadakan suara terbanyak untuk menentukan skala prioritas nama yang harus dikerjakan terlebih dahulu
  7. Hasil dari presentasi di bukukan dijadikan proposal untuk pengajuan di pihak Kantor Menejemen Wilayah ( KMW ) PNPM Mandiri Perkotaan.
  8. KMW mengajukan ke pihak Pemerintah kota kemudian dana dikeluarkan melalui Bank masuk pada rekening Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM )
  9. Kemudian kepengurusan dibentuk berdasarkan pemilihan oleh semua relawan sekelurahan siapa yang mendapatkan suara terbanyak itu yang dijadikan coordinator Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM ) dengan disaksikan oleh Lurah dan di lantik oleh Camat.
  10. BKM yang sudah terbentuk menentukan apa nama BKM yang sesuai dengan daerah masing-masing
  11. BKM sudah terbentuk kemudian penkucuran dana dan pelaksanaan serta pengawasan dari pengerjaan kegiatan Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ) pada RT-RT
  12. Kemudian BKM membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ) pada tiap-tiap RT diadakan rapat/rembuk warga dan dihadiri oleh tokoh masyarakat dan pihak kelurahan sebagai saksi.
  13. Dengan bantuan fasilitator kelurahan ( Faskel ) diadakan pelatihan – pelatihan untuk KSM dalam rangka pembuatan laporan KSM untuk dipertanggung jawabankan kepada BKM
  14. KSM sudah mengetahui bagaimana cara penulisan proposal yang formatnya sudah di sediakan dari fasilitator kelurahan maka di survey kembali kelapangan oleh BKM, faskel dan Unit Pengelola Lingkungan ( UPL ) apakah di proposal sudah sesuai atau tidak sesuai dengan survey yang di lakukan oleh relawan sebelumnya atau tidak, jika sudah sesuai proposal dapat dilanjutkan dan dapat mengajukan dana ke BKM
  15. Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM )

B. Proses Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ) lingkungan.

Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ) berada di tiap-tiap RT pada Kelurahan Selili yang ikut pada relawan pada RT dan KSM dibentuk pada RT yang mendapatkan bantuan, yang terdiri dari Ketua, sekertaris, bendahara dan anggota sebanyak 3 orang.

Dengan proses pembentukannya sebagai berikut :

v RT mengumpulkan warga untuk rembuk / rapat warga dengan dihadiri oleh perwakilan dari BKM atau UPL

v Dengan diawali dengan sosialisasi dengan warga tentang penggunaan dana dan bagaimana cara menggunakannya oleh BKM

v Dengan disaksikan oleh BKM dan UPL RT beserta warga membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat ( KSM ) lingkungan

v Diawali dengan penunjukan ketua KSM terlebih dahulu.

v Penunujukan sekertaris dan kemudian bendahara tentnya orang yang cakap untuk dapat berkerja

v Anggota dipilih berdasarkan tempat tinggal warga yang sifatnya menyebar hal ini dikarenakan agar lebih mudah untuk koordinasi dengan warga dalam proses pelaksanaan kegiatan lingkungan nantinya

C. Proses Pelaksanaan Kegiatan Lingkungan

Adapun proses pelaksanaan kegiatan lingkungan diadakan beberapa tahapan antara lain :

  1. Proposal masuk dan dinyatakan betul oleh UPL
  2. Kemudian proposal di tanda tangani oleh ketua KSM, UPL dan kelurahan
  3. Diserahkan ke BKM kemudian oleh BKM di koreksi ulang kebenaran dari proposal yang telah dibuat
  4. Setelah dinnyatakan benar maka dana dapat dicairkan melalui bendahara BKM adapaun system penciran dana adalah sebagai berikut :

v 30 % dana akan diberikan terlebih dahulu, KSM membuat laporan ke BKM kemudian disurvey kelapangan oleh BKM hasil kerja dari KSM sudah mencapai pengerjaan 50 % dana kedua dapat dicairkan.

v 60 % dana akan dicairkan jika hasil kerja dari KSM sudah mencapai pengerjaan 50 % berdasrkan survey yang dilakukan oleh BKM pada penkucuran dana 30 %

v 10 % dana akan dicairkan jika pengerjaan KSM sudah mencapai 90 % berdasrkan survey dari BKM pada 60 % dana 10 % dialokasikan untuk pelaporan akhir yan g dipertanggung jawabkan BKM kepada KMW

v Dana yang diterima di serahkan ke pada KSM di kembalikan ke BKM untuk biaya papan proyek sebesar RP. 160.000,-

E. Dampak dari kegiatan lingkungan

Pada Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ) pertama menunjukan bahwa adaya perubahan positif terhadap lingkungan terutama kebersihan dan kesehatan pada masyarakat, ditinjau dari segi bebersihan sangat menyentuh pada masyarakat terutama pada RT 28, 30, 31 dan sekitarnya yang merupakan masyarakat berada diwilayah dekat dengan bantaran sungai mahakam yang terkenan dampak langsung jika terjadi air pasang dan pada saat terjadi hujan deras, air hujan yang berasal dari darat terbawa oleh hujan menuju pada ke dekat sungai melewati pada derah tersebut, dengan perbaikan pada parit dan perbaikan gang yang dulunya terbuat dari kayu ulin dengan menggunakan kolong yang banyak terjadi sampah yang menyankut pada kayu di bawah kolong jembatan tersebut sehingga air tidak lancar, yang dulunya banyak sampah yang terdapat pada selokan-selokan yang berdampak sering terjadi banjir pada saat hujan maupun pada saat terjadi pansang air sungai mahakam.

Dari segi kesehatan sudah tentu berdampak sangat signifikan karena sampah dan genangan air yang terdapat dibawah jembatan kolong jalan sudah tidak ada, sehingga kesehatan pada masyarakat sudah berdampak sangat positif, demikian juga dengan ekonomi masyarakat juga meningkat karena pada RT. 28 adalah jalan satu-satunya yan g dipergunakan untuk penumpang yang turun daru kapal kedarat pada masyarakat yan g bertempat tinggal di daerah kelurahan Selili, Kelurahan Sungi Kapih dan sekitarnya.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


Konteks komunikasi dalam pembangunan secara spesifik tidak dapat diidentifikasikan secara jelas mengenai posisi komunikasi dalam pembangunan karena posisinya sudah menjadi bagian yang integral dalam pembangunan, komunikasi dapat dijadikan sebagai alat dalam pembangunan karena membawa pesan-pesan pembangunan misalnya informasi teknologi yang sudah melalui beberapa tahap penelitian dan siap diadopsi oleh pihak yang membutuhkan dalam hal ini adalah masyarakat

Berkaitan dengan inovasi, sikap seseorang pada dasarnya dapat mengalami perubahan, baik karena proses interaksi dengan lingkungan maupun melalui proses pendidikan. Untuk mengadopsi suatu inovasi kondisi dari setiap individu adalah berbeda ada yang memerlukan waktu lama dan ada yang dalam waktu singkat menerima dan mengadopsinya bahkan untuk jangka waktu yang panjang.
Untuk mensukseskan proses pembangunan jika memungkinkan perlu adanya konsultasi komunikasi, yang merupakan suatu jasa pemberian nasihat yang dikontrak sebagai seorang profesional terlatih dan memenuhi syarat untuk menolong klien dengan cara mengidentifikasikan dan menganalisa masalah-masalah komunikasi secara obyektif serta merekomendasikan solusi untuk permasalahan tersebut, dan jika diminta, dapat juga membantu dalam mengimplementasikan solusi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, O. U. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Penerbit : PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Kincaid, D. L. dan W. Schramm. 1987. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia. LP3ES. Jakarta.
Rakhmat, J. 1985. Psikologi Komunikasi. Penerbit : Remadja Karya. Bandung.
. 2000. Psikologi Komunikasi
. Edisi Revisi. Penerbit : PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Schraam, W and Daniel Lerner. 1976. Communication and Change The Last Ten Years – And The Next. The University Presss of Hawaii.
Schramm, Wilbur. 1983. “The Unique Perspective of Communication: A Retrospective View “ dalam ”Ferment in the Field). Jurnal of Communication Vol 33 No 3 (1983).